Tanggal 5-7 Juli 1998, dilaksanakan Tanwir Muhammadiyah di Semarang yang dihadiri oleh seluruh jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta utusan dari tingkat Wilayah (Provinsi). Amien sangat berharap Tanwir akan mengambil semacam keputusan yang dapat dijadikan pegangan untuk melangkah lebih lanjut. Dalam sidang komisi, mayoritas peserta menginginkan agar warga Muhammadiyah membangun partai yang baru. Namun dalam keputusan resmi dinyatakan, bahwa Muhammadiyah tidak akan pernah berubah menjadi parpol, juga tidak akan membidani lahirnya sebuah parpol. Tetapi warga Muhammadiyah diberi keleluasaan untuk terlibat dalam parpol sesuai dengan minat dan potensinya.

Ketika memberikan sebuah penutupan Tanwir, Amien menyinggung kemungkinan lahirnya sebuah parpol baru dimana Syafi Ma’arif akan menjadi ketuanya. Hal yang sama diulanginya ketika konferensi pers dengan para wartawan yang hadir. Pak Syafi yang merasa belum pernah diajak bicara masalah ini merasa kaget. Tetapi saat dikonfirmasikan wartawan tentang pernyataan pak Amien, ia enggan berkomentar. Dalam pembicaraan-pembicaraan informal ia merasa ragu dan tidak yakin dapat menjalankan peran itu.

Meskipun pak Amien terus berusaha meyakinkannya. Amien juga meminta bantuan Sandra Hamid dan Goenawan Mohammad untuk meyakinkannya. Tetapi, makin lama sikap pak Syafi semakin tegas untuk menolak. Sampai suatu saat ia menyampaikan pada pak Amien, ‘Anda sajalah yang ke partai, biar saya yang menjaga Muhammadiyah,’ ujarnya.
bagian ke 2<<before SEJARAH PAN next>>bagian ke 4
 
Top